Categories

Selasa, 08 Maret 2011

System of A Down & The Secret Holocaust di Armenia



SEDIKIT TENTANG ARMENIA




Terletak di dataran tinggi yang dikelilingi Pegunungan Ararat, Armenia awalnya bernama Hayk atau Hayastan, yang berarti ‘tanah milik Haik’. Haik sendiri adalah penguasa awal Armenia. Pada masa kini, negara ini lebih dikenal dengan nama Armenia, yang berasal dari Armenak atau Aram, cucu Haik yang diyakini sebagai leluhur bangsa Armenia.




Di masa lampau, selama berabad-abad, Armenia adalah sebuah kerajaan. Sejak pertengahan abad 16, Kerajaan Armenia dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman—dinasti penguasa yang menjadi cikal bakal bangsa dan negara Turki—yang  pada abad 16 dan 17 berhasil memperluas kekuasaan sampai ke Eropa Tenggara, Asia Barat, dan Afrika Utara. Sejak saat itu, bangsa asli Armenia yang menganut Nasrani pun menjadi kaum minoritas di negerinya sendiri.

GENOSIDA DI ARMENIA

Secara umum, genocide (berasal dari bahasa Latin genos: kelahiran/persediaan dan cidium: pembunuhan) diterjemahkan sebagai “pembantaian terstruktur atas suatu kelompok etnis atau suku bangsa”. Pada tahun 1948, melalui kesepakatan Pencegahan dan Sanksi Kejahatan Genosida, PBB merumuskan genocide sebagai “segala bentuk tindakan yang merupakan upaya yang didasari oleh niat/maksud untuk memusnahkan suatu kelompok etnis/ras, agama, suku bangsa atau bangsa, baik secara sebagian atau sepenuhnya”.
Sejauh ini, pembantaian massal kaum armenia pada masa Perang Dunia II diakui sebagai kasus kejahatan genocide terbesar dan terkejam sepanjang sejarah. Sampai sekarang, kejahatan yang dikenal dengan nama Holocaust (dari bahasa Latin holos:semua dan kaustos/pembakaran) ini adalah kasus genocide yang paling disoroti dan dipelajari. Namun, Holocaust bukanlah kasus pertama. Sebelum itu—selama dan beberapa saat setelah Perang Dunia I—kasus genocide sudah terjadi di bawah kekuasaan Ottoman. Tak lain dan tak bukan, kejahatan ini terjadi di Armenia, dan dianggap sebagai salah satu peristiwa genocide pertama di zaman modern.

Genocide di Armenia dikenal dengan sebutan Armenian Holocaust atau Armenian Massacre, sementara bangsa Armenia sendiri menamainya Mec Yegern atau Kejahatan Besar (The Great Crime). Menurut catatan sejarah, peristiwa ini terjadi pada tahun 1915-1917, walaupun pada kenyataannya pembantaian ini sudah terjadi sejak tahun 1894 dan tidak serta merta berakhir pada tahun 1917. Walaupun otak dari pembantaian massal ini adalah pemerintahan Ottoman yang notabene adalah bangsa Turki dan sekaligus ‘perpanjangan tangan’ Turki di Armenia, namun Republik Turki sendiri menolak dianggap bertanggung jawab atas kejahatan ini.

Pada tahun 1909, pemerintahan Ottoman membantai sekitar 15 sampai 30 ribu warga Armenia di provinsi Adana. Pembantaian yang dikenal sebagai The Adana Massacre ini merupakan upaya menghabisi bangsa Armenia yang—dengan didukung oleh Rusia—menentang pemerintahan Ottoman serta diskriminasi yang dilakukannya terhadap bangsa Armenia yang menganut Nasrani.
Pada tanggal 24 April 1915, pemerintahan Ottoman yang diwakili oleh Mehmed Talat Pasha menangkap paksa 50 orang cendekiawan dan pemimpin komunitas bangsa Armenia di Konstantinopel (sekarang dikenal sebagi Turki). Menyusul kemudian, orang-orang sipil Armenia pun diangkut paksa dari rumahnya. Kemudian, para tawanan tersebut dipaksa berjalan kaki dalam iring-iringan long march  menuju sebuh gurun yang kini dikenal sebagai Syria, dengan hanya diberi jatah makanan dan air yang sangat jauh dari cukup. Walaupun pemerintahan Ottoman sendiri menyebutnya sebagai ‘deportasi’, namun pada kenyataannya, sepanjang perjalanan itu, banyak orang Armenia yang dibantai tanpa memandang umur atau jenis kelamin, seringkali juga didahului pemerkosaan atau kekerasan seksual.

‘Deportasi’ bukanlah satu-satunya cara yang ditempuh pemerintahan Ottoman unuk memusnahkan bangsa Armenia. Pemerintahan Ottoman juga melakukan pembakaran massal atas sekitar 5 ribu warga Armenia di 3 desa yaitu Bitlis, Mus, dan Sassoun. Banyak orang Armenia, sebagian besar anak-anak, juga ditangkapi dan diangkut dengan kapal untuk kemudian ditenggelamkan ke Laut Hitam. Selain itu, upaya pemusnahan juga dilakukan dengan menggunakan racun atau obat-obatan berbahaya dalam dosis tinggi, gas beracun, serta penyakit tifus yang ditularkan secara sengaja lewat suntikan.
International Association of Genocide scholars memperkirakan bahwa jumlah bangsa Armenia yang menjadi korban pembantaian ini mencapai 1,5 juta orang—itu pun baru jumlah yang tercatat sebagai korban pada tahun 1915-1917.

Dunia bukannya berdiam diri melihat penderitaan Armenia. Amerika Serikat, Swiss, dan Austria adalah beberapa negara besar yang mengecam dan menuntut pemerintahan Ottoman untuk menghentikan kekejamannya. Rusia juga mengirimkan pasukan ke Armenia untuk menumpas pasukan Ottoman—gerakan ini cukup berhasil. Walaupun demikian, nasib Armenia sebagai sebuah negara masih terombang-ambing. Sebagian wilayah Armenia memang telah membentuk pemerintahan republik sebagai bagian dari Soviet Rusia, namun pemerintahan Ottoman dan Republik Turki menolak untuk melepaskan wilayah Armenia yang masih dikuasainya. Baru pada tahun 1920, pemerintahan Ottoman melepaskan sisa wilayah Armenia, yang kemudian berada di bawah perlindungan Perancis.



Armenia baru benar-benar merdeka pada tanggal 23 Agustus 1991 sebagai Republik Armenia.

THE  SECRET HOLOCAUST DALAM  MUSIK

Karena masih belum banyak diketahui dunia luas, para sejarawan dan ilmuwan menyebut kejahatan pembantaian atas bangsa Armenia sebagai The Secret Holocaust atau The Forgotten Genocide. Walaupun demikian, bukan berarti kasus ini terkubur begitu saja. Sejak tahun 1940an, setidaknya sudah ada lebih dari 25 film—dokumenter dan fiksi—yang mengangkat peristiwa kelam ini. Namun, sampai sekarang, hanya ada satu yang berusaha mengungkap penderitaan bangsa Armenia ini melalui jalur musik...

System of A Down terbentuk pada tahun 1994 atas gagasan tiga orang musisi berdarah Armenia: Serj Tankian (vokal/keyboard), Shavo Odadjian (bass), dan Daron Malakian (gitar). Ketiganya pernah bersekolah di Rose and Alex Pilibos Armenian School. John Dolmayan, drummer yang bergabung belakangan, juga berdarah Armenia.


Walaupun nama dan musik hard rock yang diusung System of A Down sudah mendunia dan memenangkan sejumlah penghargaan bergengsi, namun belum banyak yang menyadari banyak lirik lagunya menceritakan kisah sejarah pahit yang pernah dialami leluhur mereka. Bukan hanya bercerita, lirik lagu mereka juga mengutuk, mengungkapkan amarah dan kebencian, serta menuntut keadilan atas peristiwa pembantaian di negeri nenek moyang mereka itu.
Usaha System of A Down untuk membuka mata dunia atas kejahatan yang dilakukan Turki dan pemerintahan Ottoman terhadap bangsa Armenia juga tidak hanya lewat lirik lagu-lagu mereka. 
Serj Tankian dan John Dolmayan bahkan secara langsung menemui  juru bicara Gedung Putih, Dennis Hastert, sebagai bagian kampanye band ini untuk menggugah kesadaran dunia tentang The Secret Holocaust.


Selain itu, mereka berdua juga ikut turun bersama para demonstran yang melakukan aksi protes di depan Kedutaan Besar Turki di Washington DC.



Banyak lirik lagu System of A Down yang menyampaikan—atau dianggap mengungkapkan—kejahatan moral yang dilakukan Turki terhadap bangsa Armenia. Di sini, saya hadirkan lirik dari tiga single hits mereka: Toxicity, Holy Mountains, dan Lonely Day. Saya mencoba menginterpretasikan ketiga lirik ini dengan berdasarkan latar belakang sejarah Armenia.
Toxicity mengungkap hampir semua hal yang berhubungan dengan pemusnahan bangsa Armenia oleh pemerintahan Ottoman. conversion, software version 7.0 mengungkap hal yang menjadi salah satu atau bahkan bisa jadi alasan utama dilancarkannya The Great Crime: diskriminasi terhadap bangsa Armenia yang menganut Nasrani (sebagai tambahan, diskriminasi ini juga berlaku pada kaum Yahudi di Armenia, bahkan walaupun mereka bukan penganut Nasrani). Bentuk nyata diskriminasi ini adalah mereka dikenai pajak yang kelewat mahal. software version 7.0 sendiri mungkin menggambarkan ajaran Kristen, yang banyak menggunakan angka 7 dalam “software”nya (software: peraturan atau prosedur tertulis).
more wood for their fires, loud neighbors menggambarkan pembakaran massal di beberapa desa di Armenia. the toxicity of our city selain menceritakan penggunaan racun dan obat-obatan berbahaya dalam dosis tinggi, juga mewakili kesaksian banyak saksi mata pembakaran massal yang menyatakan bahwa bau darah dan daging terbakar memenuhi seluruh desa sampai berhari-hari, dan bahkan tercium dari desa atau kota sekitar.
what do you own the world dan how do you own disorder merupakan pernyataan yang berusaha mengangkat peristiwa The Great Crime di mata dunia, karena selama ini, kekejaman atas bangsa Armenia ini tidak banyak diketahui dan dibicarakan dunia umum; sekaligus sebuah pertanyaan yang menggugat keadilan atas penderitaan yang pernah dialami bangsa Armenia.

Dalam lirik lagu Holy Mountains, Holy Mountains mengacu pada Pegunungan Ararat, yang dianggap ‘suci’ karena di sinilah tempat bahtera Nuh terdampar setelah air bah surut, yang juga menjadi benteng yang mengelilingi Armenia.
Holy Mountains bisa dianggap sebagai ungkapan kegeraman dan bahkan kebencian yang sangat jelas terhadap bangsa Turki dan pemerintahan Ottoman yang menjadi dalang The Great Crime; “mereka” yang “kehadirannya menghantui” dan dianggap sebagai “pendusta; pembunuh; iblis” , yang kekejamannya membuat bangsa Armenia dan keturunannya menyumpahi mereka untuk back to the River Aras!, kembali ke asalnya, Turki—asal aliran Sungai Aras. Penulisan KILLER! DEMON! yang menggunakan huruf kapital dan tanda seru juga memperkuat aura kebencian terhadap Turki. 
someone’s mouth said paint them all red dengan jelas mengacu kepada Mehmed Talat Pasha, yang memerintahkan penangkapan bangsa Armenia untuk kemudian dihabisi tanpa pandang bulu sehingga “merah darah mewarnai tubuh mereka”. MURDERER! SODOMIZER! menyatakan bahwa pembantaian bangsa Armenia seringkali disertai dengan kekerasan seksual, yang menurut catatan sejarah, dilakukan tanpa pandang umur dan jenis kelamin.

Keseluruhan lirik Lonely Day mewakili perasaan para korban yang selamat dari pembantaian, namun harus kehilangan keluarga dan banyak saudara sebangsanya dalam pemusnahan tersebut; kehilangan yang menimbulkan rasa kesepian sangat dalam yang bahkan tidak cukup digambarkan dengan “loneliest”, melainkan dihadirkan dengan penekanan dalam bentuk struktur tidak lazim the most loneliest day of my life. Penggalan pernyataan a day that I’m glad I survived baru disampaikan pada baris terakhir dalam lirik sebagai ungkapan syukur para korban yang berhasil menyelamatkan diri dari pembunuhan. Dapat dikatakan bahwa Lonely Day sangat personal, karena salah satu dari sedikit korban yang selamat itu adalah kakek Serj Tankian sendiri.



8 komentar:

  1. mantap bro...salut bwatlo...thumb...thumb...thumb...

    BalasHapus
  2. brooo gua bngung nama fans asli S.O.A.D tu apa?? yg asli nya dari inggris nya apa...

    BalasHapus
  3. kebanyakan sebut SOADfans

    BalasHapus
  4. soad kapan ya konser di Indonesia???? pingin banget nonton system of a down secara langsung....

    BalasHapus
  5. suka bgt soad...
    gua satu dari pecinta soad
    kalo di dunia ini udah gak ada lagi yang suka soad, berarti gua udah meninggal...

    BalasHapus
  6. maju terus sfic...hendra gunawan
    Nda_soad@yahoo.com

    BalasHapus
  7. Serj Tankian lg tebat tuh??

    BalasHapus
  8. ini band yang amat sangat gw kagumi lagu2 nya

    BalasHapus